 Setelah Research in Motion (RIM) 'berhasil' dipaksa untuk membuka layanan purna jual BlackBerry-nya di Indonesia, kini pemerintah mulai membidik vendor ponsel lain yang belum menyediakan layanan yang sama di Indonesia.
"Akan ada korban-korban berikutnya yang akan menyusul Research in Motion," ujar Kepala Humas Departemen Komunikasi dan Informatika Gatot Sulistiantoro Dewa Broto, kepada VIVAnews di kantor Depkominfo Jakarta, Selasa 14 Juli 2009.
Menurut Gatot, langkah itu ditempuh untuk menerapkan peraturan yang sama terhadap semua vendor yang menjual perangkat telekomunikasi di Indonesia. "Kita harus bersikap adil dengan RIM, jadi kita akan terapkan hal yang sama kepada pihak lain (selain RIM)," Gatot menambahkan.
RIM sendiri, Sabtu lalu telah mengirimkan surat kepada Depkominfo yang menunjukkan perkembangan terakhir dari upaya mereka dalam mewujudkan kantor layanan purna jual Blackberry di Indonesia.
Berdasarkan perkembangan itu, pemerintah berencana untuk melakukan jumpa pers bersama RIM untuk mengklarifikasi perkembangan terakhir nasib BlackBerry di Indonesia, besok atau lusa.
"Dalam satu atau dua hari, kami akan menentukan sikap apakah kami akan tetap membekukan BlackBerry, atau ada pilihan lain," kata Gatot.
Menurut Gatot, RIM telah menunjukkan banyak perkembangan dalam upayanya memenuhi komitmen terhadap pelanggannya di Indonesia. "Kita juga akan berusaha mengakomodir mereka."
Setelah RIM, kata Gatot, pemerintah akan siap-siap menerapkan hal yang sama kepada semua vendor. Namun, saat dikonfirmasi apakah Apple iPhone yang dimaksud, Gatot tak bersedia menjawab.
Kemungkinan besar, iPhone memang akan mengalami nasib serupa, karena hanya BlackBerry dan Apple iPhone yang hingga kini memilih masuk Indonesia melalui operator.
Sementara vendor-vendor lain seperti Nokia, Samsung, LG, Motorola atau bahkan ponsel China pun telah memiliki perwakilan dan layanan purna jual di sini.
Bahkan raksasa elektronik asal Korea Selatan Samsung, berencana untuk membuat pabrik ponselnya di Indonesia.
|
